Dahsyatnya Maaf

Assalamualaikum,,,pada kali ini zulfahmi868 akan membagikan ringkasan buku Dahsyatnya Maaf karya John Kador yang merupakan tugas kuliah semester VII dari dosen Ma'ruf, M.Ag., Ini adalah tugas dari salah satu teman saya yang bernama Devi Hilmajamayanti. Berikut ringkasan singkatnya. 
Jika ingin ringkasan lebih lengkapnya dalam bentuk file .doc silahkan download disini.


      A. Pengertian Permintaan Maaf



     Pada zaman sekarang ini banyak orang yang kesulitan untuk memaafkan dan meminta maaf. Salah satu penyebab sulitnya kata maaf adalah rasa gengsi. Memaafkan adalah balasan terbaik untuk sebuah kesalahan, mungkin berat tapi tidak untuk mereka yang punya niat. Sedangkan Permintaan maaf adalah perbuatan mengulurkan diri kita karena kita lebih mementingkan hubungan yang kita bina ketimbang kebutuhan untuk menjadi benar. Permintaan maaf merupakan sesuatu yang harus dipraktikkan, kecendrungan untuk bertindak, dan sesuatu yang bisa dilihat dan ukur. Permintaan mungkin bermula sebagai sebuah perasaan, hasrat untuk meluruskan keadaan, tapi permintaan maaf menuntut komitmen untuk mempraktikkan hasrat itu, untuk benar-benar mengemban tugas berani untuk memperlihatkan rasa welas asih. Meminta maaf adalah sesuatu yang kita lakukan dalam konteks sebuah hubungan. Sebuah dinamika yang dapat dilihat antara yang bersalah dan yang disalahi. Niat untuk meminta maaf merupakan sebuah awal, tapi tidak bisa disebut permintaan maaf sampai anda benar-benar menjalankannya. Jika pengalaman itu hanya berlangsung didalam diri anda atau lewat seorang perantara, itu adalah pengakuan. Pengakuan merupakan hal bagus tapi bukan sebuah permintaan maaf. Permintaan maaf menantang kita untuk merendahkan hati. Kerendahan hati bukan berarti berpikir rendah akan diri kita sendiri, melainkan lebih sedikit memikirkan diri sendiri. Dalam konteks permintaan maaf, kerendahan hati berarti kita mendudukkan orang yang telah kita sakiti sebagai unsur penting bagi kesejahteraan diri kita. Sang pelaku kesalahan mendapati bahwa dengan bersedia memperlakukan sang korban sebagai pihak yang sederajat, ia bisa menjadi lebih tulus. Kesediaan untuk merendahkan hati memberi kita dasar yang sangat baik untuk pengampunan.

      B. Permintaan Maaf yang Tulus

     Jika anda berniat meminta maaf, anda lebih baik melakukannya dengan sepenuh hati. Permintaan maaf setengah hati hanya akan memperburuk situasi. Permintaan maaf tulus menekankan rasa welas asih bagi sang korban, bukan penebusan dosa atau penyelamatan diri anda dari rasa bersalah. Hal ini berarti anda memahami penghayatan si korban. Anda menerima tanggungjawab atas akibat dari kata-kata, sikap dan perilaku anda yang menyakitkan. Permintaan maaf yang tulus tidak mencari pembenaran, membela diri, atau berusaha membuat kesalahan yang telah dilakukan tampak lebih ringan. Ia menyatakan secara pasti apa yang merupakan kesalahan sang pelakudan menerima tanggungjawab moral untuk itu. Ia juga mengungkapkan penyesalan atas tindakan tersebut, menggunakan kata-kata langsung seperti “saya meminta maaf” atau “saya menyesal,” dan mencakup diberikannya pengganti yang berarti serta komitmen untuk tidak mengulanginya lagi. Dengan meminta maaf menyelaraskan diri dengan kenyataan, kita merasa lebih baik tentang diri kita sendiri dan bertindak dengan lebih berintegritas. Meminta maaf tidak saja membantu memperbaiki hubungan yang retak tapi juga menyikap berbagai peluang yang sebelumnya tidak nampak bagi kedua belah pihak.

       C. Peran Hakiki Permintaan Maaf

     Melukai dan terlukai perasaan adalah bagian tak terpisahkan dari keberadaan kita sebagai manusia. Selama kita memiliki teman, pasangan, pegawai, rekan kerja, dan tetangga kita dari ras manusia, bisa dipastikan kita menghadapi kekecewaan, frustasi, dan berbagai kondisi lain yang lebih parah. Kenyataannya, manusia yang sesungguhnya tidak luput dari kesalahan, cenderung berusaha untuk selalu mencapai lebih dari yang apa yang secara konsisten sanggup kita lakukan. Permintaan maaf memungkinkan kita untuk hidup berdampingan dan berjuang mencapai kebaikan bersama. Permintaan maaf diperlukan untuk memastikan keberlangsungan budaya kita, sepenting itulah permintaan maaf. Tanpa kekuatan permintaan maaf sebagai penyembuh, desakan hati kita untuk melakukan pembalasan, menyimpan dendam, bermusuhan, dan perilaku penuh kebencian lainnya akan membuat perkembangan individu serta masyarakat yang sehat sama sekali mustahil.
     Pelajaran yang bisa kita ambil dari sejarah adalah bahwa sebagian besar pelanggaran yang berakibat pada sakit hati berhubungan dengan persepsi kita akan kedudukan kita di  masyarakat. Ada sesuatu dalam sifat mendasar kita sebagai manusia yang teramat peka akan status, kekuasaan, atau kehormatan kita dalam kaitannya dengan orang lain. Bagi banyak orang, pelanggaran yang paling menyakitkan dan paling sulit dilupakan adalah yang dihayati sebagai pelecehan terhadap martabat atau harga diri mereka. Kita mengahayati pengalaman semacam itu sebagai penghinaan. Tugas terberat yang harus dipikul permintaan maaf adalah membalikkan dampak dari penghinaan dengan cara mengembalikan kehormatan yang pernah di nikmati orang yang bersangkutan. Permintaan maaf adalah proses yang telah dikembangkan umat manusia untuk meringankan dampak merusak yang ditimbulkan sebuah penghinaan. Meski tidak selalu manjur, namun sudah pasti pantas untuk dicoba. Jika memangg ada obat penawar lain yang lebih efektif daripada sebuah permintaan maaf untuk melawan dampak penghinaan, obat itu belum ditemukan.

         D. Manfaat Bagi yang Tersakiti

 Hampir semua penelitian menyangkut permintaan maaf berfokus pada manfaatnya bagi pihak yang tersakiti. Memang, bagi mereka yang telah menerima perlakuan tidak menyenangkan, kekuatan permintaan maaf sanggup meredakan luka yang menyakitkan, menyembuhkan hati yang hancur, mengeringkan kebencian dan memulihkan hubungan yang menegang, terkadang dengan begitu menyeluruh hingga hubungan yang telah pulih menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Saat korban sebuah pelanggaran menerima ucapan maaf, mereka tidak lagi memandang sang pelaku sebagai ancaman pribadi. Kita semua butuh untuk dipahami orang lain. Sebuah permintaan maaf merupakan sebuah pengakuan bahwa kita punya alas an untuk merasa sakit hati dan berhak untuk marah, bahkan ketika disaat bersamaan permintaan maaf itu membantu kita menaklukkan kemarahan dan mencegah kita untuk tidak terjebak di masa lalu.

E.Manfaat Bagi Peminta Maaf

Kita telah melihat bahwa permintaan maaf memberi manfaat bagi korban. Tapi sesungguhnya pihak pelaku juga menikmati manfaat yang tak kalah berarti. Kesediaan untuk meminta maaf mengingatkan kita bahwa fakta-fakta yang ada tidaklah menakutkan. Fakta-fakta itu mungkin tidak selalu menyenangkan atau sesuai harapan, namun bermanfaat dalam arti peluang kita untuk berhasil selalu lebih besar ketika hidup kita selaras dengan kenyataan. Permintaan maaf memperlihatkan pada pelaku bahwa mengakui fakta-fakta termasuk yang membuat kita tampak jelek sesungguhnya adalah jalan paling sehat untuk ditempuh. Permintaan maaf adalah cara kita menghargai apa yang kita tau sebagai kebenaran dan disaat yang sama menghargai diri kita sendiri dan orang-orang yang kita kasihi. Meminta maaf mengizinkan kita untuk menjadi tidak sempurna. Permintaan maaf sama sekali bukan “kartu bebas dari penjara”. Meminta maaf juga tidak memberikan pengampunan dosa atas luka yang telah ditimbulkan ketidaksempurnaan kita. Yang dilakukannya adalah menyediakan proses penyembuhan yang melibatkan pengungkapan penyesalan, penggantian kerugian bagi orang yang telah kita sakiti, dan tekad untuk menjadi lebih baik. Ini lebih berkelanjutan ketimbang berpura-pura kita sempurna.
Dengan mengakui, mengidentifikasi, dan pada akhirnya menerima kesalahan kita, kita merengkuh kerendahan hati dan menciptakan ruang untuk diri kita yang sejati, yang tidak sempurna dan sangat manusiawi, sama seperti orang-orang lain. Carolyn Hax mengungkapkan hal ini dengan sangat pas “ manusia yang paling unggul pantas mendapatkan gelar itu bukan dengan menjadi sempurna, melainkan dengan mengakuikapan mereka telah berperilaku seperi bajingan dan berusaha sekeras mungkin untuk membereskan kekacauan yang telah mereka ciptakan”. Harga yang harus dibayar para pelaku ketika mereka tetap berpegang teguh pada keangkuhan dan menolak mengakui kesalahan sangatlah mahal. Keangkuhan akan melahirkan kebutaan, kebutaan akan melahirkan kebodohan, dan kebodohan akan melahirkan petaka. Para pelaku kesalahan kehilangan perwakinan, karier, dan rasa hormat anak-anak serta rekan kerja. Lebih dari itu semua, mereka kehilangan jati diri mereka sendiri. Semakin banyak anda mendirikan tembok keangkuhan untuk melindungi harga diri anda, semakin sedikit anda bersinggungan dengan diri sejati anda, menurut terapis Bebery Engel dalam bukunya, The Power of Apology. “ Pada akhirnya diri palsu yang anda tampilkan pada dunia orang yang selalu percaya diri, selalu benar, selalu unggul akan mengambil alih dan anda hanya akan memiliki sedikit, atau bahkan tidak sama sekali, jati diri sejati kemana anda pulang”. Kesediaan untuk meminta maaf member manfaat bagi para pelaku lewat cara-cara praktis. Saat anda menumbuhkan keberanian untuk mengakui anda telah berbuat salah dan menaklukkan penolakan diri anda untuk meminta maaf, anda mengembangkan rasa integritas yang kekal.
Pada akhirnya tindakan meminta maaf menimbulkan kesadaran diri dalam kadar yang sehat, kesadaran akan tindakan anda dan dampaknya terhadap orang lain. Dengan menerima tanggung jawab atas kesalahan demi kesalahan tindakan anda, anda semakin memberdayakan kekuatan yang anda punya untuk mempengaruhi dunia disekeliling anda. Permintaan maaf efektif sesungguhnya memperjelas siapa diri anda didunia ini. Permintaan maaf memiliki konteks social penting. Dengan melepaskan sosok mahir yang serba tahu dan tanpa cela, anda akan menjadi pribadi yang punya lebih banyak rasa ingin tahu dan empati. Setelah membuat penilaian jujur tentang apa yang anda telah lakukan dan bagaimana tindakan itu menyakiti orang lain, sudah barang tentu lebih kecil kemungkinannya anda akan mengulangi pelanggaran tersebut. Dengan berhadap-hadapan dengan kesalahan anda sendiri, anda melepaskan usaha yang dibutuhkan untuk menyembunyikan. Menyembunyikan kesalahan tidak saja merugikan organisasi tapi juga menuntut harga yang mahal dari mereka yang menyimpan rahasia. Meminta maaf membebaskan anda dari kesiagaan terus-menerus dan memberi anda peluang lebih besar untuk mengambil langkah-langkah perbaikan lebih cepat sehingga anda tidak harus menjauhkan diri dari orang-orang yang telah anda perlakukan tidak adil. Meminta maaf membuat anda tetap terhubung dengan teman, keluarga, dan rekan kerja. Anda akan merasa lebih selaras dengan orang-orang di sekitar, yang sebagaii gantinyaakan merasakan bahwa anda hadir sepenuhnya untuk melakukan komunikasi dua arah yang otentik.

F. Meminta Maaf Itu Sulit

Kita tidak hentinya sadar kenapa meminta maaf itu begitu sulit. Kita takut jika kita meminta maaf akan mengakibatkan :
1.      Tampak lemah
2.      Mengakibatkan orang kehilangan rasa hormat terhadap kita
3.      Memberi pasangan, rekan kerja, atau teman amunisi untuk melawan kita
4.      Disalahpahami dan justru memperburuk situasi
5.      Tersingkir dari bursa promosi, merusak karier, atau menodai reputasi kita
6.      Menciptakan teriakan yang saling bersautan, airmata, atau situasi emosional besar-besaran
7.      Dipenuhi rasa malu dan hina
8.      Member musuh amunisi untuk menuntut kita
9.      Menanggung akibat atau ganti rugu yang mahal
10.  Menyadarkan korban yang awalnya tidak sadar dengan pelanggaran itu.
Semua ketakutan di atas itu nyata, meski menurut saya minta maaf juga bebas dari biaya. Beberapa alas an untuk tidak meminta maaf pada dasarnya bersifat eksternal, berkaitan dengan hilangnya status atau kekuasaan. Penolakan untuk meminta maaf yang jatuh dalam kategori ini menyiratkan bahwa meminta maaf akan menamatkan hubungan, membuat kita rentan, dan terbuka terhadap biaya dan hukuman yang berlebihan. Beberapa penolakan lain terhadap permintaan maaf terutama yang bersifat internal, memicu perasaan bersalah, hina, malu, lemah, tidak mampu, atau kalah, atau perasaan lain yang kita hindari. Semua jenis penolakan ini sering kali berasal dari dua asumsi yang patut dipertanyakan:
1.      Meminta maaf membuat kita begitu rentan hingga kita tidak dapat membela diri
2.      Permintaan maaf kita ditanggapi dengan hukuman.
Bukti yang ada tidak mendukung kedua asumsi ini. Inti dari semua penolakan itulah yang saya yakini sebagai alas an utama kenapa permintaan maaf begitu sulit dilakukan. Hambatan utama dalam meminta maaf adalah kita tidak punya kendali atas bagaimana permintaan maaf kita akan diterima. Esensi dari permintaan maaf sesungguhnya adalah pertukaran rasa malu dan rasa berdaya antara pelaku dan korban. Permintaan maaf melibatkan pertukaran peran. Para peminta maaf melepaskan rasa berdaya mereka dan menempatkan diri dibawah belas kasihan korban, yang mungkin atau mungkin tidak menerima permintaan maaf itu. Jadi, menurut saya ini adalah sesuatu yang tidak jelas yang membuat permintaan maaf itu sebagai sesuatu yang sangat menyiksa. Bahkan, ketika akhirnya kita berhasil membuat permintaan maaf itu keluar dari mulut kita, keengganan untuk kehilangan kendali menghasilkan permintaan maaf yang defensive, setengah hati, dan tidak efektif bagi individu dan maupun organisasi. Permintaan maaf adalah suatu tindakan yang paling berani yang bisa kita lakukan terhadap ketidakpastian. Ini paradoksnya: ketidakpastian itulah yang menghidupkan permintaan maaf. Permintaan maaf menyingkap segala harapan, hasrat dan ketidakpastian yang menjadikan kita manusia, karena pada momen terucapnya permintaan maaf yang tulus, kita berhadap-hadapan dengan kemanusiaan kita secara paling menyeluruh.
Baca Juga

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dahsyatnya Maaf"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat